Pakar pertanian Institut Pertanian Bogor Dr Ernan Rustiadi menyatakan bahwa bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin masa depan yang menjadikan pertanian sebagai panglima kebijakannya.

"Jika memang sudah ada calon presiden yang mengusung isu keberpihakan kepada pertanian, kemandirian pangan maupun energi, kita harapkan itu menjadi kebijakan jangka panjang, bukan perspektif setahun dua tahun saja," kata Dekan Fakultas Pertanian IPB itu di Bogor, Jawa Barat, Kamis malam.

Memberikan komentar mengenai komitmen Pramono Edhie Wibowo, salah satu peserta Konvensi Calon Presiden (Capres) Partai Demokrat yang ingin negara Indonesia mandiri pangan dan energi, jika dirinya diperkenankan menjadi pemimpin bangsa ini, ia menyatakan bahwa sikap Pramono Edhi Wibowo itu mesti diapresiasi.

Pada acara "Debat Bernegara 11 Capres Konvensi Partai Demokrat" sesi kedua yang diikuti oleh enam kandidat di Bandung, Rabu (5/2) malam, Pramono Edhi Wibowo mencuatkan isu ketahanan pangan dan energi itu.

"Dalam keinginan saya menjadi Presiden, saya ingin Indonesia mandiri pangan dan energi," katanya.

Untuk bisa mandiri pangan dan energi di Indonesia, kata dia, bukanlah hal yang sulit mengingat kondisi alam yang dimiliki oleh negara ini.

"Apa yang tidak dipunyai oleh Indonesia. Di kita tidak ada musim dingin. Hanya mengenal musim hujan dan kemarau. Ini sangat mendukung bagi sektor pertanian kita," katanya.

Hanya saja, menurut Ernan Rustiadi, komitmen semacam itu tetap harus mendapat pembuktian, yang salah satunya dapat dibaca dari platform yang jelas mengenai sektor pertanian, kemandirian pangan dan energi itu.

"Jadi, sekali lagi saya berharap ada kemauan politik kuat dari pemimpin yang mau menjadikan landasan pertanian sebagai keunggulan jangka panjang itu sebaga panglima kebijakan bagi Indonesia," kata doktor lulusan Universitas Kyoto, Jepang.

Ditegaskannya bahwa kemandirian pangan dan energi sebenarnya landasan daya saing jangka panjang sebuah bangsa.

"Di mana pun negara besar yang memiliki daya saing jangka panjang semuanya memantapan kemandirian pangan dan energi terlebih dahulu," kata Ernan Rustiadi, yang sebelum menjadi Dekan Fakultas Pertanian menjabat Direktur Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB.

Di sisi lain, kata dia, negara yang akses dan kemandirian pangannya buruk, dalam jangka panjang juga buruk.

Ia mengemukakan bahwa tidak ada negara besar yang berani mempertaruhkan kemandirian pangan dan energi itu dengan mengandalkan pada bangsa lain.

"Ini memang perspektif jangka panjang, dengan negara yang mencapai daya saing tinggi, biasanya menyelesaikan dulu masalah ini ketimbang masalah lain, dan itu keniscayaan, biasanya negera
industri selesaikan dulu (masalah kemandirian pangan) itu," katanya.

Ernan Rustiadi juga memberi rujukan bahwa sudah ada contoh di mana kemandirian pangan itu berpengaruh pada ketahanan sebuah bangsa, yakni pecahnya Uni Sovyet.

"Sektor pangan ujung-ujungnya adalahnya ketahanan bangsa, ambruknya Sovyet bermula dari hancurnya ketahanan pangan itu," katanya.

Sumber : Antara Jatim

0 komentar:

Posting Komentar